Pernah jatuh, terbentur tangga, terinjak juga. Mungkin itulah metafora yang tepat untuk kehidupan Nana. Pada usia 28, ia kehilangan pekerjaannya. Kantornya terus merugi dan akhirnya gulung tikar. Belum lagi uang pesangon, gajinya selama 3 bulan terakhir belum dibayarkan.
Setelah kehilangan pekerjaannya, Nana juga diusir dari rumah kontrakan karena tidak mampu membayar. Lucas, pacarnya selama empat tahun terakhir, juga tidak membantu. Sebaliknya, dia menikamnya pada saat yang paling buruk.
Pengangguran, tidak punya tempat tinggal, dan paket tagihan dan utang yang harus dilunasi, membuat Nana panik mencari solusi. Satu-satunya orang yang bisa membantu adalah Jagad, teman konglomeratnya di kampus, yang selama ini dia hindari.
Nana tahu, menerima bantuan Jagad bukanlah pilihan yang bijak. Namun, untuk bertahan hidup kali ini, Nana memang tidak punya banyak pilihan, bukan?
0 komentar:
Posting Komentar